Tuesday, November 8, 2011

LET’S CREATE DIGITAL OPPORTUNITIES FOR ASEAN!



In this modern era, technology and information is a very urgent thing. Information and Communication Technology (ICT) has the potential to realize better quality of life, including higher productivity and living standards, as well as improved community services. However, these benefits are not available to those who are unable to use or learn ICT, especially in developing countries. The “digital divide” between people and countries that are able to reap the benefits of ICT and those that cannot is also reflected in widening economic disparity.


The driving forces of the information revolution and the 'information society' are the development, diffusion and use of information and communication technologies (ICTs) in contemporary societies. The diffusion of ICTs has contributed enormously to the growth of economies in developed nations and developing nations are earnestly facilitating policy frameworks to ensure an equitable diffusion of these technologies.

ICTs refer to the various technologies that enhance the creation, storage, processing, communication and dissemination of information. ICTs also refer to the different infrastructures used in these processes, their applications and the numerous services these infrastructures render. We identify the following technologies as the elements of ICTs:

Media of Communication (e.g radio, television,)
Information machine (e.g Computers)
Telecommunications technologies and equipment (Satellites, fibre optic cables, phones, Facsimile machines)


The development in telecommunications has impacted enormously on the applications of ICTs and their uses. Telecommunications technologies, coupled with computer technology have enhanced network-based information and communication platforms, such as the Internet. Telecommunications infrastructures in particular have become the driving forces of ICTs; they have the capability to link all various ICT elements together irrespective of locations and to provide a converging platform for these elements. The convergence of the various elements of ICTs has enhanced development in all spheres of human activities. Robin Mansell and Uta When (1998: 1) state, "Advanced microelectronics-based information and communication technologies (ICTs) are at the heart of recent social and economic transformations in both the industrialized and many developing nations".

In 1995 and 1997, the United Nations Commission on Science and Technology for Development (UNCSTD) investigated the benefits and risks of ICTs. The result of this investigation showed many instances where the use of ICTs affords widespread social and economic benefits. There were also many instances where ICTs were making no differences in the lives of people in the developing countries. The result also showed that the diffusion of these technologies is extremely uneven throughout the developing world. As a result of this, there is a high risk that technologies and services will deepen the disadvantages of those without the skills and capabilities to make the investments required for building innovative ICT-based societies

Information and Communications Technology (ICT) is an increasingly powerful tool for participating in global markets; promoting political accountability; improving the delivery of basic services; and enhancing local development opportunities. But without innovative ICT policies, many people in developing countries - especially the poor - will be left behind.

Information in 20th century is very important to every people in the world, without information we can’t see the world is. Actually to get some information is very easy today. We just bought some newspaper in the morning and read it with coffee and a piece of cake, but if we need some information immediately we can browse in internet. Internet can control a lot of information now a day, everything can be found in internet with search engine for example in Google.

Taking Information and Communication Technology aims to:
o Strengthen the capacity of young people as leaders and citizens
o Foster cross – cultural dialogue and understanding
o Increase awareness and involvement in global issues

Beside that the function of information and technology:
1) Inspiring
Young people have energy, to desire and the skills to make difference in the world. All that’s needed is a way of connecting with one another. With information and technology we can get inspire from some issues in ASEAN that make youth generation more critical and more responsible to their country and their areas especially in ASEAN. Some issues in other country can make several effects in the other one. We can learn from those issues whether bad or good, we can get lesson from that and make a new solution to solve this problem if it is to consist of your country.
2) Informing
Our world is increasingly global and interconnected. Many threats face our common humanity such as global poverty, war and conflict, HIV / AIDS, and environmental degradation. As we know poverty is one of the most problems in the world which make many bad effects in our country. With ICT we can solve this problem together and share what the best way to solve it in our country especially ASEAN which the most member of ASEN is developing country that have many problem to solve. ICT can make youth generation get many in information from our neighborhood county which have the same problem and share the way to solve this problem together ,so make relationship between developing country more stronger.
3) Involving
Young people are the most important thing in our country; we are expectation nation generation in your country. All of them have the same goal to make our country is better and more develop by the time. That’s why ITC is one of the most important in this century. Wishes man said “If we know the some issues in the world you can know how to solve better than the other young generation. We are as the young generation must be more respect the globalization. With ICT, we can involve and sharing ideas by using web page. We can help our friends; especially in ASEAN which the majority is development countries that needs to follow world improvement rapidly.

Tuesday, August 16, 2011

Dirgahayu 66 Tahun Indonesiaku

MERDEKA !!!


Beberapa hal tersimpel yang bisa kita lakukan saat merayakan HUT RI adalah
1. Introspeksi diri, apakah sudah ada hal-hal positif yang kita berikan pada bangsa ini..bertanyalah pada diri sendiri, apa yang bisa kita lakukan untuk membuat bangsa ini menjadi lebih baik. Mulai dari diri sendiri, mulai dari hal kecil, dan jangan menundanya ;)
2. Tunjukkan bahwa kita memang CINTA dengan bangsa ini. Kalau bukan kita yang bangga terhadap bangsa ini,siapa lagi? Mari hargai bangsa ini dan berbenahlah :)
3. Jadilah seseorang yang berguna dan membawa manfaat bagi sekitar ;) berikan citra positif dan berpikiran luaslah ;)
4. Berbagi dengan sekitar tentang nasionalisme dan kecintaanmu terhadap tanah airmu :)


Ini caraku merayakan kecintaanku pada bangsa dan negara ini.. Bagaimana dengan caramu???

Tuesday, August 9, 2011

DIMENSI GENDER DALAM KEHIDUPAN MELAYU RIAU




          Secara umum, gender berarti pembagian kelamin lelaki dan perempuan. Masyarakat Melayu di Riau memnadang ini sebagai kehendak Tuhan. Dalam tradisi orang Melayu dapat dikesankan bahwa lelaki dan perempuan dilakukan berimbang, meskipun ada perlakuan istimewa pada keadaan tertentu. Jender diartikannya sebagai “intepretasi mental dan kultural terhadap perbedaan kelamin yakni laki-laki dan perempuan”. Jender biasanya dipergunakan untuk menunjukan pembagian kerja yang dianggap tepat bagi laki-laki dan perempuan. Oleh Peter R. Beckman dan Francine D’Amico, Eds. (1994: 4-6), jender dapat didefenisikan sebagai karakteristik sosial yang diberikan kepada perempuan dan lelaki. Karakteristik sosial ini merupakan hasil perkembangan sosial dan budaya sehingga tidak bersifat permanen dan universal. Berdasarkan karakteristik sosial ditetapkan peran untuk laki-laki dan perempuan yang pantas. Akibatnya tibul asosiasi dunia publik bersifat maskulin pantas untuk kaum lelaki dan dunia privat, domestik dan rumah tangga bersifat feminim adalah milik perempuan.

A.   GENDER DALAM KEHIDUPAN SOSIAL DAN BUDAYA MELAYU RIAU

Dalam kehidupan Melayu tradisional,  ada semacam kecendrungan yang mengharapkan mempunyai anak perempuan terlebih dahulu daripada anak lelaki karena anak perempuan diharapkan bisa membantu ibunya dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Di sisi lain, anak lelaki diharapkan menjadi pembel keluarga dan mampu menolong ekonomi keluarga.

Melayu tradisional pernah menjadikan lelaki dan perempuan sebagai mitra yang sejajar. Hal ini dapat dilihat pada musim berladang. Para pemuda dan pemudi yang sebaya membuat organisasi tani yang dinamakan tobo. Lelaki maupun perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi induk tobo.

Dalam menyelesaikan masalah sosial budaya , dunia melayu Riau cenderung mengedepankan lelaki karena sesuai dengan perjalanan sejarah kehidupan mereka yang dinilai lebih tangguh dalam menghadapi kekerasan dan tipu daya serta berpikir lebih rasional. Perempuan dipandang tidak layak dengan kekerasan, dan gampang terpengaruh pendirianya. Meskipun demikian, teraju kepemimpinan tidak hanya dimonopoli oleh lelaki. Salah satu buktinya adalah Raja Hamidah permaisuri Sultan Mahmoud kerajaan Riau – Lingga (1824-1913) pernah diberi kekuasaan untuk memegang Regalia Istana (semacam cap kerajaan untuk mengesahkan berbagai kebijakan yang dibuat oleh istana.

Sementara itu, dalam keputusan untuk mencari calon suami dalam tradisi Melayu Riau perempuan mempunyai peran yang cukup dominan. Pihak perempuan akan selalu didampingi oleh ibunya  atau permpuan yang baya sehingga keputusan yang diambil banyak dipengaruhi oleh pihak ibunya. Lintasa tradisi seperti ini berlaku hingga tahun 1950-an.


B.   PERKEMBANGAN ISU GENDER DALAM ABAD 21 PADA MELAYU RIAU


Zaman globalisasi telah memberikan pengaruh pada pola kehidupan manusia yang kompleks. Menghadapi hal ini, tradisi Melayu mngenai gender juga mengalami perubahan karena bersentuhan dengan beberapa sikap dan sudut pandang. Pepatah yang masih berlaku sampai awal 1950-an ”setinggi – tinggi pendidikan perempuan akhirnya ke dapur juga” sudah hampir tak kedengaran lagi. Hal ini menandakan perempuan berpendidikan mulai memainkan perananya.

Konsep kesetaraan adalahkondisi dimana pria dan wanita memiliki kesamaan hak dan kewajiban yang terwujud dalam kesempatan, kedudukan, peranan yang dilandasi sikap dan perilaku saling bantu-membantu dan saling mengisi di semua bidang kehidupan. Perwujudan kemitrasejajaran yang harmonis merupakan tanggung jawab bersama pria dan wanita. ”istilah pemberdayaan dalam bahasa Inggris empowerment ada pengertian Power, kekuasaan atau kekuatan. Maka pemberdayaan sumber intelektual dan idiologi. Aset material berupa fisik, manusiawi atau finansial, seperti air, tanah, tubuh manusia, pekerjaan, uang. Sumber intelektual berupa pengetahuan, informasi dan gagasan atau ide. Penguasaan atau idiologi berarti kemampuan untuk mengembangkan, menyebarkan, mempertahankan perangkat tertentu dari kepercayaan, sikap, nilai dan perilaku, sehingga dapat menentukan bagaimana persepsi manusia, dan berfungsinya dalam lingkungan sosial, ekonomi dan politik tertentu. Dengan demikian, kekuasaan berada pada mereka yang menguasai atau dapat mempengaruhi distribusi sumber-sumber material, pengetahuan dan idiologi yang mengatur hubungan-hubungan sosial dalam kehidupan publik maupun pribadi” (Batliwala dalam Sen, 1994 : 29).

Proses budaya yang sudah berjalan sangat lama, kemudian diwariskan secara turun-temurun, dan terbentuk dalam norma sosial atau tata krama kehidupan dalam masyarakat, sehingga menjadi keharusan untuk ditaati oleh anggota masyarakatnya. Tidak ada orang yang mengetahui secara pasti, kapan jender tercipta atau dibentuk oleh budaya masyarakat, tapi akbatnya dapat dilihat sampai saat ini. Perempuan pada berbagai peran sosial jauh ketinggalan oleh laki-laki, sepertinya perempuan pasif, cenderung menerima dan kurang percaya diri. Sebenarnya peran sosial yang jauh ketinggalan dan cenderung pasif tersebut bukan terjadi secara alamiah, tetapi lebih disebabkan karena adanya konstruksi budaya.

Kebutuhan yang meningkat sedangkan sumber daya alamnya terbatas memaksa perempuan juga turut mempekerjakan ladang dan rumah tangga sekaligus. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan penyadapan getah. Secara keseluruhan, lelaki dan perempuan lebih dipengaruhi oleh pertimbangan harga diri orang Melayu daripada kebendaan. Lapangan pekerjaan yang memberi peluang bagi perempuan memelihara harkat dan martabatnya maka tidak akan mendapat diskriminasi oleh orang Melayu.

Jadi, tampak jelas bahwa orang Melayu sangat mementingkan jaminan pengakuan martabat, hak dan perlakuan yang menimbang rasa dalam berbagai lapangan kehidupan.

Monday, June 20, 2011

PERKEMBANGAN CNN DAN INTERNET YANG MEMPENGARUHI DIPLOMASI PEMBUATAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI DI AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 9/11

Peran revolusioner teknologi untuk mengubah kenyataan memaksa kita untuk menguji ulang pemahaman kita terhadap system politik internasional. Paradigma ke tiga konstruktivisme menawarkan kunci dalam menggabungkan aspek – aspek liberalis dan realis ke dalam sebuah kohesif prediksi masa depan politik. Kekhawatiran terhadap kedaulatan suatu bangsa memacu adanya era informasi yang meruntuhkan hambatan fisik dan system konseptual yang ada.  Budaya global dan politik internasional pun mengalami perubahan. Interaksi juga dapat dilakukan ddengan sangat mudah.kekuasaan yang dulunya hanya dimiliki oleh Negara-bangsa - partisipasi dalam politik, control komunikasi transnasional, kemampuan sebagai penyedia informasi yang akurat – saat ini menjadi focus utama para pemainya. Kita telah menyaksikan, sejak berakhirnya perang dingin, para actor internasional menyusun diplomasinya serta kebijakan luar negerinya yang mana merupakan dua factor penting dalam hubungan internasional kontemporer. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi efektif dalam praktek diplomasi. Keberadaan internet dan televisi telah menggantikan posisi para duta besar sebagai sumber penting informasi luar negeri.

Sesi pertama dari literature review ini akan menjelaskan tentang pengaruh media cyber pasca peristiwa 9/11. Pada sesi kedua penulis akan coba menjelaskan tentang kecanggihan teknologi, khususnya media pertelevisian dan internet, dalam diplomasi dan pembuatan kebijakan luar negeri AS. Walaupun berubah, kehidupan internasional memiliki bentuk kebutuhan yang sama terhadap komunikasi dan negosiasi.



PENGARUH MEDIA CYBER PASCA PERISTIWA 9/11.

Interaksi antara pemerintah AS, media dan public telah ditandai dengan rasa ketidakpercayaan dan antagonisme pasca peristiwa 9/11. Saat – saat ini sangat kontradiktif. Kehidupan sehari – hari bagi banyak orang pun mungkin membutuhkan suatu hal permanen namun dengan rendah kepedulian seperti kerusakan lingkungan, bahaya penyakit dan ketidakamanan ekonomi, yang telah diganggu oleh terror, penyerangan, serta bencana – becana yang tidak dapat diprediksi sebelumnya. Prinsipnya, jelas tren ini menigkatkan kesulitan yang dialami oleh pembuat kebijakan untuk menciptakan legitimasi pada public yang tidak dapat percaya, mencari relevansi dan berita bermutu serta kepentingan pembuat kebijakan dengan para jurnalis.
           
            Kita bergerak menuju zaman perbandingan universal. Di dalamnya kita bisa memperbandingkan media, diri sendiri dan hal – hal lain dengan lebih mudah dan cepat. (Deuze, 2007: 14). Hal ini meningkatkan visibilitas dan publisitas kehidapa perekonomian, politik, budaya, serta implikasi social (Bauman, 2006). Strategi diplomasi public paska peristiwa 9/11 yang menggunakan metode yang dibangun ketika perang dingin tidak berhasil (Kennedy and Lucas, 2005).  Menurut perspektif pemikir pluralis liberal, ekologi media dan online media menawarkan proses demokratisasi dan resolusi konflik. Para akademisi kritis berpendapat bahwa media transnasional baru menawarkan pemerintah dan militer alat untuk membangun propaganda tradisionla bahkan mempengaruhi target perang (Sreberny, 2007).

Salah satu kontribusi penting diplomasi massa adalah dalam perang melawan teroris. Walaupun sedikit bertentangan dengan aksi militer dalam jangka pendek, dapat mempengaruhi opini para pemimpin dan masyarakat umum dalam mendukung ataupun bersikap apatis terhadap teroris.

PERKEMBANGAN INTERNET DAN TELEVISI MEMPENGARUHI DIPLOMASI DAN PEMBUATAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT.

            Aspek terpenting dari teknologi, informasi, telah mengubah semua asoek kehidupan masyarakat, termasuk diplomasi. Seperti yang dikatakan oleh George Gilder “militer AS adalah sebuah gambaran spektakuler dari penggantian asset – asset fisik dari informasi.” Informasi membuat dunia menjadi lebih dekat satu sama lainya secara elektronik maupun budaya. Efek demokratisasi pun bisa diciptakan oleh media massa dan satelit real-time yang menghubungkan setiap sudut di dunia ini. Bahkan masalah kecil bisa menjadi isu kebijakan mayor jika ditangkap oleh pers – hal ini biasa disebut “efek CNN”. Kekuatan global dari penyiaran berita secara langsung ini menjadi sebuah tantangan tersendiri terhadap hubungan masyarakat dan pemerintah dalam hal publikasi. Internet pun sebagai salah satu media dengan harga yang saat ini relative terjangkau dalam mentransformasikan informasi, memberikan kemampuan bagi masyarakat untuk menghindari konvensional mediator yang memiliki kekuasaan dalam pengontrolan informasi seperti pemerintah nasional, badan diplomatic, perusahaan transnasional, serta organisasi – organisasi yang bergerak di bidang pemberitaan.

            Fenomena baru ini dinamakan netpolitik sebagai hasil improvisasi dari realpoiltics. Realpolitics, istilah dalam bahasa Jerman yang berarti kekuasaan politik, adalah pendekatan dalam diplomasi internasional yang lebih berdasarkan kekuatan daripada moralitas dan opini dunia. Netpolitik merupakan sebuah mode baru dari diplomasi yang menggunakan kemampuan maksimal internet untuk membentuk politik, budaya, nilai dan identitas pribadi. Jadi, netpolitik ini berkisar tentang isu – isu yang lebih lunak seperti legitimasi moral, identitas budaya, nilai – nilai social serta persepsi public.

Media global saat ini ada dimana – mana, pemerintah pun dituntut harus siap untuk mempersiapkan image dan pesan – pesan yang baik kepada masyarakat. Jika sebuah Negara bisa membuat legitimasi kekuasaanya dapat dilihat oleh setiap orang serta mendirikan institusi internasional dalam rangka mengidentifikasikan kepentingan mereka dengan cara – cara yang bersahabat, maka tidak akan dibutuhkan harga yang cukup mahal untuk membayar semua itu.

Friday, June 17, 2011

MAHASISWA AKTIF, MAHASISWA PRESTATIF.

…Untuk apa kita berdiri

Jika hanya terdiam

Tak ada yang berubah

Hanya sebuah status mahasiswa yang kita punya

Ilmu apa yang telah kita dapat

Hanya terdiam

Memandang sekitar

Tanpa ada tindakan…



Sebait ungkapan hati ini merupakan bagian dari sebuah catatan yang pernah saya publikasikan pada akun facebook saya dan cukup mengundang banyak komentar dari rekan-rekan seperjuangan saya. Ini merupakan satu hal yang cukup menarik untuk dikritisi. Alasanya sangat sederhana, apatisme mahasiswa. Saat ini, kebanyakan mahasiswa hanya terfokus dengan tujuan serta kepentingan pribadi mereka seperti tamat dalam waktu singkat dan IPK yang tinggi. Hanya ada beberapa saja di antara mereka yang mempunyai kemauan, kemampuan dan kesungguhan dalam menggeluti organisasi-organisasi, khususnya organisasi mahasiswa. Mayoritas orang berpendapat bahwa mereka (mahasiswa) yang bergelut dengan dunia organisasi kampus akan terkena syndrome tamat dalam waktu lama dan dengan IPK yang tidak begitu memuaskan. Betul tidak?



Sesungguhnya, berkecimpung di dunia organisasi akan memberikan kita manfaat yang luar biasa. Berorganisasi merupakan langkah awal kita untuk belajar bekerja sama, membangun networking (jaringan), mengerti dan memahami, belajar arti kesungguhan, ketulusan serta pengabdian sebelum nantinya memasuki dunia kerja dan meniti karir lebih jauh. Ilmu-ilmu yang dulu hanya kita dapatkan secara teoritis pada mata pelajaran Kewarganegaraan saat masih di bangku sekolah. Nah, disinilah letak kedewasaan dan kearifan kita dalam menyikapi dan memanajemen diri dengan sebaik mungkin antara aktif berorganisasi serta berprestasi baik di bidang akademis maupun non akademis.



Dari hari ke hari, mahasiswa dari belahan dunia lainya juga sedang melakukan percepatan diri yang boleh dikatakan lebih cepat beberapa langkah dari kita. Sebagai seorang mahasiswa, tentu hendaklah kita menggali potensi-potensi positif yang ada pada diri kita agar tidak ketinggalan. Menjadi mahasiswa biasa atau mahasiswa luar biasa, jawabannya ada pada diri anda. HIDUP MAHASISWA!!!